ADALAH CARA MENGHARGAI DIRI SENDIRI
Segala sesuatu yang lewat tidak pada jalan yang semestinya maka ini namanya sakit atau tidak normal. Demikian pula nyawa, atau ruh. Maka terlalu jelas difirmankan dalam QS Al-Hadid 13 bahwa adanya pintu menyatu pulang yang berada didalam batinuhu fiihi rahmah dan jika keluar dhohiruhu azab. Allah sangat dekat bahkan dengan urat nadi di leher, bahkan lahaula wala quwwata illa billahi, tidak daya dan kekuatan kecuali dengan Allah. Maka jika meninggal dunia ruh keluar maka terusir dan tidak pulang kembali kepada-Nya. Allah tidak di kuburan, Allah tidak pagar, Allah tidak di pohon. Dan telah disebutkan dalam firman Allah Alangkah dasyatnya sakratul maut itu yakni orang yang meninggal dunia Ruh terusir keluar: 6. Al An'aam 93. وَمَنۡ أَظۡلَمُ مِمَّنِ ٱفۡتَرَىٰ عَلَى ٱللَّهِ كَذِبًا أَوۡ قَالَ أُوحِيَ إِلَيَّ وَلَمۡ يُوحَ إِلَيۡهِ شَيۡءٞ وَمَن قَالَ سَأُنزِلُ مِثۡلَ مَآ أَنزَلَ ٱللَّهُۗ وَلَوۡ تَرَىٰٓ إِذِ ٱلظَّٰلِمُونَ فِي غَمَرَٰتِ ٱلۡمَوۡتِ وَٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ بَاسِطُوٓاْ أَيۡدِيهِمۡ أَخۡرِجُوٓاْ أَنفُسَكُمُۖ ٱلۡيَوۡمَ تُجۡزَوۡنَ عَذَابَ ٱلۡهُونِ بِمَا كُنتُمۡ تَقُولُونَ عَلَى ٱللَّهِ غَيۡرَ ٱلۡحَقِّ وَكُنتُمۡ عَنۡ ءَايَٰتِهِۦ تَسۡتَكۡبِرُونَ ٩٣ 93.
BAGAIMANA KEADAAN RUH SAAT MASA PAKAI JASAD HABIS MASA PAKAI DUNIA.
Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat kedustaan terhadap Allah atau yang berkata: "Telah diwahyukan kepada saya", padahal tidak ada diwahyukan sesuatupun kepadanya, dan orang yang berkata: "Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah." (padahal dari katanya ke katanya, dari bacaan ke bacaan, dari prasangka ke prasangka) – HANYA WAWASAN WACANA, TIDAK BERADA DIDALAM KEPASTIAN “AN” DALAM PENYAKSIAN YANG SENYATANYA. Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim berada dalam tekanan sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): "KELUARKANLAH NYAWAMU" Di hari ini kamu dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayatNya (tanda-tanda keberadaan MengadaNya Dia).
BAGAIMANA KEADAAN RUH SAAT MASA PAKAI JASAD HABIS MASA PAKAI DUNIA.
(sungguh keniscayaan) yang dicari adalah orang yang dapat menunjukkan perihal "hidayah" supaya berada didalam shiratal mustaqiim-NYA. Tempatkan kami pada jalan shiratal mustaqiim Engkau, inilah yang selalu di mohon pada setiap kali kita sebagai umat islam dalam menjalankan sholat. Shirat, petunjuk dari Guru kami dalam sebuah sanad silsilah kait mengikat sambung “gulowentah” sama sekali tidak terputus dan tanpa jeda, maknanya adalah tempat atau jalan yang jalurnya jelas menuju kepada tempat lapang, bagai aliran sungai yang mengalir menuju kepastian ke LAUTAN.
Jadi shiratal mustaqima adalah jalan lurus dalam makna hidayah cahaya terang yang menerangi hidup dan kehidupan (berdunia) sehingga dalam tempat istiqamah, bertempat tinggal didalam INGATAN rasa hati kepada Diri Tuhannya - yang ditetapkan didalam rasa hati nuraninya adalah DIA Dzatullah, tempat begantunya, tempat tujuan hidupnya, karena telah mengenali-Nya, IMANNYA TIDAK DALAM KEPRASANGKAAN, DAN KIRA-KIRA.
Sehingga menjadi orang yang dalam kelapangan dada, nyegara, pikiran positip, sikap terbuka, jauh dari watak perilaku dan sikap-sikap tertutup, jumud kaku, beku dan fanatik akibat berbangga-bangga pada diri kelompok golongan.
SELALU MEMOHON BELAS KASIH DAN PERTOLONGAN-NYA, SADAR SEBAGAI HAMBA YANG FEQIR.
sebab jelas Allah tidak suka kepada mereka yang berbangga-bangga pada kelompok dan golongan yang mengakibatkan tertutup. Dan shiratal ladziina ‘amta alaihim, jalannya orang yang telah jelas dan pasti berada didalam anugerah Engkau (yakni kepastian dalam butiran keimanan) berarti jelas adanya “seseorang” -bi-idznillah atau bi-idzni Rabbika, yang jelas-jelas berada diantara kita yang berada didalam shiratal mustaqim itu. - dengan sannad yang jelas dan terang dalam hujatul mubin.
CARILAH JALAN TERANG DALAM HIDAYAH-NYA.
Maka “wattabi’ sabila “MAN” anaba” ilaiya, carilah jalan ORANG, (ayatnya adalah "man" yakni orang, sedang kalau masa lalu namanya adalah mayyit).
Maka akan terbuka dan berfungsi rasa hati nurani kepada kasunyatan hidup, makna dan nilai-nilai kehidupan, tidak diliputi oleh keragu-raguan, tidak diliputi oleh katanya-katanya dari katanya, tidak diliputi oleh prasangka-prasangka.
SESUNGGUHNYA KEADAAN YANG CARUT MARUT, DAN AKAN TERUS MENGGEROGOTI DAN TERJADI DEKADENSI MULTI DIMENSIONAL DISEBABKAN KARENA TIDAK TERIDENTIFIKASINYA UNSUR-UNSUR PENCIPTAAN, SEHINGGA ADALAH KEMUSKILAN MELAKUKAN PENATAAN, SEBAB PENTAAN DIMULAI DARI MENGENAL.... APAPUN ITU.
INTI KEBENARAN ADALAH MENGENAL
Sehingga banyak retorika adalah alih-alih keraguan dan keprasangkaannya.
Keimanan adalah perihal eksistensial hakekat diri, bahwa Allah tidak menciptakan langit dan bumi dan yang berada didalamnya juga manusia kecuali dengan keberadaan AlHaq dari-Nya. Tools substansi penciptaan lahiriyah sebagai alat penghantar dengan perilaku pembuktian aksi, sebab secara fakta yang bersifat sekular maka diselesaikan dengan langkah-langkah kemaslahatan berdunia. Tatanan lahiriyah. Sedang perihal keimanan adalah perihal pembuktian atas persaksian rasa hati nurani terhadap Keberadaan Mutlak Wujud Diri Tuhan yang Ber-Asma Allah. Maka pembuktiaanyapun dengan methode ke-ilmuan melalui inisiasi tunjuk atas MengadaNya DIA, melalui yang berhak dan sah menunjukkan AlHaqNya, maka akan terbuka apa dan bagaimana hakekat itu. Maka telah tersebut dengan jelas dalam ayat-ayatNya, demikian pula dalam QS Al-Hijr 14, bahwa kelengkapan kesempurnaan perilaku islam untuk digenapi dan disempurnakan dengan “BUTIRAN” iman yang diletakkan didalam dada. Kemudian dengan jelas dan gamblangnya didalam QS. Al A’raf 172, difirmankan bahwa ikatan persaksian sejak masih dalam keadaan jiwa ruhiyah, semua dalam ikatan persaksian, kemudian ditiupkannya Ruh Ilahi tersebut sehingga sang jabang bayi mulai berproses dalam kehidupan dan setelah terlahirkan ke muka bumi masuk dalam alam nasut alam lupa. Dimana saat di alam Azali-Nya, dalam ikatan persaksian fakta rasa jiwa, kemudian saat dibungkus ragawi dalam keadaan lupa maka wujud kemurahan-Nya Allah membuat wakil-Nya untuk menunjukkan tepatnya mengingatkan kembali atas hakekat diri, hakekat fitrah manusia yang asal fitrah manusia dari Fitrah Allah Sendiri yang terlupakan akibat proses kelahiran.Sehingga didalam ayat tersebut dengan tegas tersebutkan, “kami melakukan hal demikian, supaya jika kamu nanti saat masa pakai hidup di dunia habis masa pakainya, tidak akan selak tidak mengakui kemudian berkata, “Tuhan, kami dulu saat di dunia tidak pernah memperoleh penjelasan perihal hal demikian”, padahal ayat-ayat/fenomena-fenomena yang mengarahkan untuk menunjukkan Keberadaan Al-HaqNya telah dibacakan”